Pray for Pekanbaru (Bencana Kabut Asap)

Hari ini, di Medan..

Saya baru saja melaksanakan liputan bersama tim tvOne di kota Pekanbaru, bulan lalu. Demi apa? Demi fenomena kabut asap yang kian pekat menyelimuti kota tersebut dan di hampir seluruh Pulau Sumatera dan Kalimantan tepatnya. Titik api tersebar dimana-mana, akibat faktor el nino maupun pembakaran hutan yang terus saja terjadi, seperti penyakit menahun yang tak kunjung sembuh. 

Saat ini saya sudah berada di kota Medan. Cuaca terlihat sendu sendu jambu, ditambah dengan riasan kabut asap plus mendung yang menggugah selera dan menggugah hati setiap insan yang memandang. Selera? Iyah, sering lapar karena cuaca yang cerah jarang terlihat karena ditutupi oleh asap yang menggumpal. Menggugah hati? Bagaimana tidak? Pilu hati ketika melihat asap yang beterbaran dimana-mana, dihirup oleh seluruh manusia, mulai dari bayi hingga lansia yang berdomisili khususnya di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Kasihan mereka.. Apalagi jika mereka yang sebelumnya memiliki penyakit pernafasan, pastilah mereka akan terserang penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas/Akut) yang berbahaya itu. Pantas saja sudah banyak rumah sakit yang merawat para penderita ini. Bukan hanya itu, kasihan anak-anak bayi yang seharusnya bernafas dengan baik dengan kualitas udara yang prima, tetapi malah "dipaksa" untuk menghirup pekatnya asap yang menyelimuti wilayah tinggal mereka. Belum lagi anak-anak yang sedang mengalami masa pertumbuhan, yang seharusnya ceria dan bermain dengan teman sejawat mereka, harus terganggu karena bencana yang dibuat oleh segelintir manusia yang memiliki kepentingan itu.

Anak sekolah, para buruh dan pegawai yang ingin bekerja untuk mencari sesuap nasi pun diliburkan demi menghindari asap pekat ini. Dunia bisnis dan penerbangan kacau antah barantah, dengan banyak nya penundaan bahkan pembatalan yang dapat mengganggu dampak ekonomi bagi perusahaan mereka sendiri di tengah tidak stabilnya kondisi ekonomi dunia saat ini.

Baiklah, itu tadi manusia. Salah satu makhluk yang diciptakan Tuhan dengan powerful atau kekuatan yang tertinggi pun bisa lunglai begitu saja ketika terkontaminasi oleh kualitas udara yang berbahaya ini. Bagaimana dengan hewan? Makhluk ciptaan Tuhan ini juga dapat merasakan dampaknya. Mungkin terlihat sepele, ah hanya hewan kok. Tapi apakah kita tidak tega? Hewan pun salah satu makhluk hidup ciptaan Tuhan bukan? Lantas apakah keberadaannya diabaikan begitu saja? Tidakkah pernah kita tau bahwa mereka juga memiliki andil yang besar untuk keseimbangan alam ini? Tidakkah kita tau bahwa mereka juga butuh kehidupan yang layak dan berhak menikmati indahnya alam yang Tuhan ciptakan ini? Lalu kita rusak begitu saja demi kepentingan kita? Lalu kita abaikan mereka karena mungkin menurut kita mereka tidak punya andil apa-apa untuk hidup ini? Lalu kita biarkan mereka tersiksa begitu saja ketika harus keracunan oleh kualitas udara atau bahkan ikut terbakar, terlunta-lunta tak berdaya, ketika api menyambar diri mereka. Apakah kita tega? Apakah kita tak punya hati nurani lagi?

Lihatlah wahai manusia.. Semua menjadi kacau karena pembakaran hutan dan lahan ini. Semua terkena dampaknya. Manusia dan makhluk hidup lainnya juga merasa dirugikan dan kita pun menjadi rugi. Bagaimana tidak? Indonesia, terkenal dengan alam yang sangat indah, salah satu negara dengan hutan terbesar di dunia. Hampir seluruh negara yang ada di dunia pasti iri dengan kelebihan dari negara kita ini. Pastilah mereka berfikir bahwa negara ini cukup sehat dan asri. Iya! Dan itu memang terbukti. Banyak penduduk-penduduk desa yang notabene memiliki polusi udara yang kecil hidup dengan tentram dan sehat bugar walau umur mereka hampir mencapai satu abad. Mereka hidup sehat berkat kualitas alam yang baik dan hasil pangan yang alami.

Lalu bagaimana dengan di kota? Ya! Polusi udara memang sangat pekat terjadi di kota! Tetapi, jangan khawatir.. Kita masih banyak memiliki pepohonan hijau baik supply dari taman kota itu sendiri atau di berbagai tempat lainnya. Penyerapan karbon dioksida masih besar dan pengeluaran oksigen masih terjamin. Efek rumah kaca pun mengecil karena bantuan dari paru-paru dunia ini. Sedikit sekali bahkan jarang terdengar masyarakat kota terganggu atau menjadi sekarat karena hal ini.

Banyak negara yang berterima kasih kepada negara dengan hutan terbesar atau sering disebut dgn paru-paru terbesar di dunia, salah satunya Indonesia. Mereka cukup respect dengan keberadaan hutan dan lahan yang kita miliki. Kita menjadi cukup dikenal dan bahkan menjadi "penolong" bagi negara yang memiliki tingkat polusi terbesar di dunia. Kita dipuja dipuji karena kelebihan kita yang tak ternilai ini.

Sekarang? Semua menjadi kacau! Banyak negara yang protes kepada negara kita. Negara yang semula sangat disegani dan menjadi dewa penolong bagi berbagai negara dengan tingkat polutan yang tinggi, malah sekarang menjadi kebalikannya. Kita di CAM, bahkan banyak aktivis lingkungan dunia yang tidak senang dengan kerusakan alam yang disengaja ini. Tidak hanya aktivis lingkungan, aktivis hewan pun geram. Malapetaka bukan hanya terjadi untuk manusia, tetapi juga untuk makhluk hidup lainnya.

Ya.. semua telah terjadi. Pemerintah telah melakukan berbagai hal yang diperlukan dalam meminimalisir pekatnya kabut asap yang saat ini telah merambat ke negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Pemadaman dilakukan secara berulang-ulang, baik di lakukan di lokasi kejadian sendiri, dengan menggunakan pesawat/heli untuk menyebarkan bom air, dan meminta restu Tuhan agar membantu kita untuk memadamkan api dan meminimalisirkan asap ini dengan hujan yang diturunkannya.

Negara tetangga pun tergugah hatinya. Mereka berencana bersatu padu dalam menanggapi masalah tahunan ini dan bekerjasama dengan pemerintah Indonesia dalam memberantas kabut asap ini. Dengan i'tikad baik, agar semua dapat terselesaikan secepat mungkin sehingga manusia dan makhluk lainnya dapat hidup dengan kualitas udara yang baik kembali, untuk secercah kehidupan yang baik pula.

Dulu kita bahagia dengan kondisi alam kita yang asri, sekarang kita sedang berduka dengan kondisi alam yang tidak karuan ini. Kita, hanya bisa berdoa, agar ke depannya hal ini tidak terjadi lagi dan semoga seluruh manusia dapat hidup dengan tingkat kesadaran dan kepedulian yang tinggi, sehingga tidak akan merugikan makhluk lainnya yang juga berhak atas dunia ciptaan Tuhan yang indah ini.

- Di hari surat menyurat sedunia, inilah secercah surat dari pengagum indahnya ciptaan Tuhan..



Kota Pekanbaru dengan intensitas kabut asap yang pekat

Salah satu sudut kota Pekanbaru

"Seharusnya aku bisa menghirup udara dengan bebas dan lepas tanpa hambatan"

"Seharusnya aku bisa memandang cakrawala hijau nan indah pemberian Tuhan"
"Seharusnya aku bisa melihat indahnya langit biru yang diiringi kepulan awan"
"Seharusnya semua ini tanpa hambatan, tapi apalah daya, si kabut asap yang diperintah oleh sekelompok orang tak bertanggung jawab datang"
"Aku disini berjuang, karena hidup harus tetap berjalan"

"Pekanbaru, 14 September 2015"


-Intan Azhar-


secercah surat dari pengagum ciptaan Tuhan



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jenjang Karir Pramugari: Apa saja sih Jenjang Karir di Dunia Pramugari?

Cerita Seorang Casis: Tahapan Tes Masuk Brigadir Polri

Rekrutmen Emirates Airlines Cabin Crew