Ikhlasnya si Pecandu Rindu
- Bagaimana ku harus melepas ketika ku merupakan perindu yang candu? -
Silahkan dibaca dengan sudut pandang yang netral, maaf jika penulis menggunakan kata-kata yang frontal, dan tidak ada bermaksud menyinggung pihak mana pun. Tulisan dibuat berdasarkan hasil sharing, pengalaman pribadi dan pula pengalaman orang lain. No hard feeling ya guys.
-------
Bersedih untuk bahagia?
Apakah bisa bersedih untuk bahagia? "Tiada gunanya bersama bila antar kita saling menyakiti padahal tujuan utama kita adalah bahagia". Bahagia, menyakiti, bersedih adalah pilihan sekaligus tindakan.
Seseorang yang berniat bahagia, akan terus melakukan kebahagiaan walaupun pahit jalannya.
Seseorang yang berniat menyakiti, akan terus melakukannya bahkan ia sendiri tidak sadar ia telah menyakiti orang yg disekitarnya yang ia fikir ia telah melakukan hal yang baik secara sadar, ataupun memang ia melakukan yang hal tidak baik secara tidak sadar.
Seseorang yang berniat untuk bersedih, akan tetap melakukan hal ini karena masih merasa tergantung dan terlalu nyaman dengan orang yang mampu membuatnya nyaman, ia akan merasa kehilangan ketika sosok ini memutuskan pergi dari kehidupannya ataupun sebaliknya. Penolakan, penerimaan, semuanya resiko. Awalnya manis itu sudah biasa dan dikatakan sangat wajar, yah namanya juga awal. Ibarat makan kue tart, awal dicoba enak bgt, manis bgt, tapi lama lama kebanyakan dimakan kok eneg juga ya? Kalo awalnya pedes beda lagi, malah semakin menantang untuk dimakan, kayak burger ini. Ini salah satu burger yang paling enak yang pernah aku rasa. *Lha kok jadi endorse
Penerimaan.
Indah banget. Berwarna banget. Bak bunga-bunga di taman pas lagi musim semi, semuanya bermekaran. Ga ada yang menampilkan kelusuhan. Semuanya bening, semua berwarna, cantik dipandang juga lembut dipegang. Begitu pun kisah klasik percintaan di awal2 umumnya. Awal2 kenal, semua di puja puji, semua terlihat baik, ada pun yg "cacat" semua tampak sempurna. Ibarat pepatah bilang, kalau sedang jatuh cinta, tai kucing pun rasanya coklat". Bayangkan tai kucing yg segitu menjijikkannya bisa terasa kyk coklat? 🤔
Yah, namanya juga C.I.N.T.A. Saling sempurna dihadapan satu dan yang lainnya, tanpa menunjukkan kelemahan sedikitpun. On fire satu dan yg lainnya. Bahkan aku fikir, setiap insan ketika mereka jatuh cinta, mereka sadar betul dengan segala kekonyolan yang mereka lakukan. Sadar kalau diawal2 berhubungan pasti bakalan hangat sehangat tai ayam yg baru diproduksi dari empunya. Sebutan hangat2 tai ayam emang benar, sampai dibuat pepatah juga. Awalnya lunak, hangat, lama2 mengering, keras, dan tak sedap dipandang. Aroma tak sedap pun muncul. Ibarat berhubungan, awal2 terasa indah, banyaknya kekurangan yang terlihat pun masih kelihatan biasa saja bahkan itu wajar, normal lah, tar juga bisa diubah. Dibiarkan tanpa diubah, akhirnya jadi bumerang. Jadi bom waktu, meledak tanpa diduga2. Tugas kita, memperbaiki dan bertahan (menerima segala konsekuensi, memegang omongan yang dilontarkan, memaklumi apa adanya, mau bersama untuk belajar), atau meninggalkan dan melupakan semua untaian2 kalimat yang pernah terucap (disaat hangat2 tai ayam tadi) dan memilih mengabaikan tanpa perlu membuat nyata (benar-benar merasa sudah tidak ada kecocokan dan merasa tidak bisa diubah walau sudah usaha).
Yah memang, ga ada omongan yg bisa dipegang kecuali omongan dan hadist dr para nabi dan sahabatnya serta janji Tuhan. Apalah manusia, hanya ciptaanNya yang tak pantas kau menggantung diri pada mereka. Lidah pun tak bertulang, sehingga dengan lenturnya ia mampu mengeluarkan kata2 tanpa berfikir panjang untuk meluluhkan hati seseorang demi sebuah, penerimaan.
Penolakan.
Kan dari awal sudah sadar sebenarnya ini permulaan dari sebuah fatamorgana. Indah dipandang, jauh digapai. Indah dijalankan, jauh untuk dipersatukan, tapi sepasang insan terus saja melawan realita. Menolak menjadi realistis karna termakan api asmara. Yang satu menabur bibit, yang satu menyediakan lahan.
Awalnya si penabur bibit bersemangat, dirawat sedemikian rupa, lahan pun menghasilkan tanaman yang subur lagi enak dipandang. Biasa, namanya juga awal, bersemangat dan hangat. Ada kalanya terasa jenuh, lantas mencoba tak memperhatikan lahan. Awalnya sebentar, namun menjadi malas. Harapannya masih tetap sama, si lahan bisa menghasilkan tanaman yang luar biasa indah, bahkan menghasilkan buah (ngarep). Lahan yang awal mulanya asri, menjadi kering, bahkan tak jarang datang hama yg merusaknya. Kekurangan air yg seharusnya rutin disiram oleh empunya, menjadinya layu dan lama kelamaan mati. Kalau pun bisa hidup lagi, tak instan utk menjadikannya demikian. Perlu waktu lama yg kadang berhasil kadang tidak.
Tak baik nya menjadi lahan, bergantung pada yang punya bibit karena sudah dibiasakan dirawat oleh yg punya bibit, biasanya bibit unggulan dan berkualitas cenderung manja, harus rutin diperhatikan, selain indah terawat, ia pula mampu menentramkan hati yang punya bibit utk memandang dan mampu menghasilkan buah (jika berbuah). Simbiosis mutualisme lah ceritanya. Berbeda dengan hutan, tak perlu memiliki empu utk dirawat pun ia bisa bertumbuh, hanya saja ia menjadi pepohonan liar, yang terkadang asri dipandang, dan terkadang pula sangat mencekam untuk dilihat. JADI mau tumbuhan yang enak dipandang dan asri namun dirawat selalu atau tumbuhan yang tumbuh liar dan terkadang menyeramkan karena tidak dirawat?
Begitu pun kisah cinta. Kita sudah tau, ini kisah harus dirawat agar menjadi kasih. Namun terkadang ada yang lalai. Seharusnya tidak perlu terlalu menggantung harapan padanya, karena tempat menggantungkan diri sesungguhnya hanya pada Dia, Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Namun, ada pula tragedi yang terlalu dirawat, ujung2nya mati juga, kecewa? Jelas, bahkan berkali kali lipat. Nah ini sama dengan hati, yang bisa berubah2. Hari ini kita bisa cinta sama dia, besoknya belum tentu memiliki rasa intens yang sama. Lagi, benar statement yang agama ajarkan, cintailah sewajarnya boleh jadi ia menjadi sesuatu yang amat kau tidak sukai. Bencilah sewajarnya, boleh jadi ia menjadi sesuatu yang sangat baik bagimu. Lagi, sekuat apapun kau menahan, jika bukan jalannya, hati akan menjadi terasa asing, jiwa pun siap tak lagi ingin mengenalnya, berujung pada sebuah penolakan, yang awalnya sangat manis dirasa.
Jodoh takkan tertukar
Sekuat apapun menggenggam, jika bukan untukmu, tak kan menjadi untukmu. Ingat, hati bisa berubah2, tak ada jaminan ia tetap sama. Namun, ibarat garam dilaut, asam digunung, bertemunya di kuali juga, jadi makanan dan lezat rasanya. Pepatah orang tua ini punya makna, sejauh apapun kalian, dimana pun berada, kalau memang bertemu, maka bertemu juga. Ga tanggung2, sekalinya bertemu langsung ngucapin akad, menjadi suami istri, membangun rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah dan menikmati rezeki besar yg akan Tuhan berikan, yaitu keturunan, junior kandung yang berasal dari 2 darah berbeda yang kemudian menyatu. Masya Allah.... ini anak kita, mas :') Mukanya mirip kita ya mas. Matanya kayak kamu, ruas jari2nya kayak aku, kulitnya ga terang ga gelap, biar terlihat adil ya mas, kamu kan putih aku mah hitam manis uwuw. Abaikan ilustrasi percakapan halu ini.
Sehat dan bahagia selalu yaa untuk kita 💙
Komentar
Posting Komentar