Cerita Pramugari: Pengalamanku Saat Bertugas Pertama kali Sebagai Senior Flight Attendant (SFA): Assalamualaikum Flight
A320 - “Flight Attendant, disarm all doors and crosscheck”
“Flight Attendant, doors may be opened”
“Sudah ada komen dari cockpit, “cek mba”, “fasten seatbelt
mati”, “cek mba”, “slidenya disarm ya”, “cek mba”, “cabin pressure not flashes
red”, “cek mba”, “sudah ada ketukan dr petugas ya”, “cek mba”, “slide arm
indicator not steady white”, “crosscheck mba, you may open the door”, “thank
you”. “ASSALAMUALAIKUM. Mas, ini dokumennya. 1 special passenger. ETD
selanjutnya jam berapa? Ohya, berapa jumlah penumpang balik? Okay,
tangga/garbaratanya ready ya. Passenger disembark. Makasi..”, tutupku dengan
senyum.
Terbang adalah hal yang sangat menyenangkan bagiku. Selama
aku bekerja selalu ku sematkan sukacita di dalam hatiku. Perjalanannya mulus?
Oh tentu tidak. Berbagai lika liku yang terjadi sampailah aku berada di titik
ini, menjadi senior dalam penerbangan yang memimpin awak kabin dalam setiap
rute terbang. Banyak yang mengatakan jalanku mulus sekali, maklum, di usia
kerja yang belum genap 3 tahun aku sudah disekolahkan untuk menjadi FA1/SFA
(Senior Flight Attendant) dikala masih banyak seniorku lainnya belum
disekolahkan dan belum menjadi SFA. Masya Allah.
“Passed Check For FA1 Type Rating A-320”. Disusul beberapa
waktu kemudian, “Passed Check as FA1 Type Rating B737”.
Dengan berbagai drama, grounded, ujian, dan airmata, dengan
memanjatkan syukur pada Allah, selesai lah semua training SFA ini. Sah pula
menyandang gelar sebagai SFA. Keesokan harinya babak baru pun dimulai. “Ting”,
masuk pesan di HP. Aku sedikit dag dig dug seeerr. “Batik Air”, notifikasinya.
Mataku terbelalak dan dengan cepat aku buka pesan tsb. Pesannya berisikan suatu
info bahwa aku terbang BPN VV (Balikpapan - Pulang Pergi -) pada esok hari. Segera kemudian aku buka crew
website, untuk mengecek apakah besok aku terbang incharge sbg SFA atau masih
sebagai Junior. Campur aduk rasanya. Well, aku tiba-tiba gemetar, mataku
terbelalak. Tertulis dalam table tsb:
COCKPIT CREW
CAPT : (lupa)
FO : (lupa)
CABIN CREW
SFA : Intan A
FA : Ilmi
FA : Vita
FA : (lupa)
FA : (lupa)
“What? Gue besok incharge? Tapi kan gue belum briefing sama
chief. Bukannya briefing dulu ya baru bisa incharge sbg SFA? Hmmm. Yasudahlah.
Baik gue terima. Bismillah. Mudah-mudahan besok lancar tanpa kesalahan dan
sudah paham betul tugas SFA yang seharusnya. Malu dong gue di ceng-in sama
Junior kalo kalo gue lupa tugas SFA seharusnya apa, belum lagi kalo cockpitnya
serem gimana ya. Hmmm ini siapa yaa Captainnya? Duh, baik ga ya? Ini siapa juga
ya crew nya? Mana gue belom ada yang tau lagi. Hmmm mudah-mudahan deh lancar.
Buku gue mana buku gue. Ah gue catet aja kali ya tugas-tugasnya apa aja,
dokumen-dokumen yang perlu gue tandatangani dan yg di keep apa aja, kalo kalo
ketinggalan bisa dipanggil chief dan kena SP nih gue, ohyaa gimana yaa ngoperasiin
inflight entertainment, matiinnya, hidupinnya, walah mana besok Boeing
737-900ER pula. Pintunya subhanallah berat bgt gede pula. Duh settingan lampu
di boeing pun banyak ya, mana buku gue, buku mana buku, hmm oh kalo takeoff
lampunya ini, inflight lampunya ini, service makan/minum lampunya ini, oh
iyaiya okeokee baikbaik. Ya Allah, moga besok penerbangan gue lancar, penumpang
gue baik-baik sehat-sehat. Kru gue juga bisa diajak kerjasama dan ga
macem-macem. Hmmm gapapa intan, selow, tenang, jgn panik.” Batin ku perang
tanpa ada sepatah kalimat pun keluar dari mulut. Itu semua kata batin ku sambil
ngelakuin apa yang mesti dilakuin dan dipelajarin sebelum memulai tanggung
jawab yang baru, besok. Setelah refresh sedikit dan sharing dengan beberapa
rekan yang sudah incharge sbg SFA, aku pun tenang dan lebih percaya diri.
Koperku sudah beres, siap untuk dibawa terbang. Ohya, banyak contekan yang aku
sisipkan di buku announcement. Buku announcementku yang polos karena jarang
dipake pas jadi Junior, mendadak rame dengan tempelan-tempelan dan tanda-tanda.
Mana-mana saja yang harus aku announce ke penumpang dan aku pun mendadak
latihan vocal. Sampailah tibalah waktunya dimana mata ini beratnya sudah 5
watt.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Selamat pagi, dengan mba Intan? Saya ikutan Balikpapan VV
ya mba”.
“Halo, saya Intan ikutan juga. Sudah komplit semuanya? Mba
mba sudah cek tensi? Semua dalam keadaan sehat kan? Baik jika sudah tensi dan
dalam keadaan sehat, saya cek license dan briefing dahulu ya. Selamat pagi,
Assalamualaikum wr wb, perkenalkan saya Intan, saya SFA yang incharge pada hari
ini, insya Allah kita akan terbang ke Balikpapan VV dengan nomor penerbangan ID
6889/6888 bersama Capt xxx dan Mas xxx. Semua dokumen dalam keadaan valid dan
saya akan sedikit review mengenai safety procedure ya mba mba”.
Aku pun memulai briefing untuk pertama kalinya. Yang
biasanya aku hanya mendengarkan, kali ini aku yang harus memberikan arahan agar
penerbangan perjalanan dengan baik dan sedikit review mengenai safety
procedure. Aku juga info kepada kru aku bahwa aku pertama incharge sbg SFA, dan
menginformasikan kepada mereka dengan senang hati info aku bila aku ada missing
some point.
“Pagi Captain, mas, saya Intan. Saya SFA incharge hari ini,
saya ikutan ya Capt, mas. License kru saya semuanya Valid. Semuanya dalam
kondisi sehat. Ohya Capt, saya baru saja incharge sbg SFA pada hari ini, maaf
sebelumnya jika masih ada yang kurang, arahan dari captain sangat saya butuhkan
sbg masukan”.
“Halo mba Intan, terima kasih infonya. 5 menit lagi saya
briefing ya. Karna mba masih baru incharge, jangan sungkan-sungkan untuk
bertanya. Ga perlu buru-buru juga yang penting kerjaan mba beres dan dokumennya
komplit. Kalau butuh waktu tambahan info sama saya ya. Ini juga kalau mbanya
mau lebih awal ke pesawat jg gpp, biar mbanya enak prepare cabin dan lainnya”.
Captain acungin jempol dan tersenyum lebar.
“Baik Capt, terima kasih untuk pengertiannya”. Masya Allah, kataku dalam hati. Udah lah masih muda, cakep, baik, pengertian pula. Terlihat ku cincin di jari manis beliau, hatiku masih bersenandung seraya berkata, “pasti istri si Captain Bahagia lahir bathin dengan sikapnya yang teduh begini, titip satu yang sifatnya begini untuk aku boleh ya Allah?”. Lah, aku nya malah ngayal. Hahaha doain aja yang baik-baik. Sapa tau dikabulkan. Hahaha
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Selamat pagi para tamu kami yang terhormat, selamat datang dalam pesawat Batik Air Boeing 737-900ER, kami sangat senang Anda
terbang Bersama kami. Silahkan mengenakan sabuk pengaman, menegakkan sandaran
kursi, menurunkan sandaran tangan, melipat meja di hadapan Anda dan membuka penutup jendela xxxx Sekali lagi penerbangan ini adalah tanpa asap rokok xxxx Jika Anda
membutuhkan bantuan selama penerbangan silahkan menghubungi salah satu awak
kabin. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih”. Glek glek glek, aku pun
minum sebentar. Sudah 3 announcement yang aku baca sambil menyambut penumpang
satu per satu masuk ke pesawat.
“Mba ini dokumennya, tanda tangan ya”. “Mba gimana
catheringnya aman ya, ohya ttd nya tolong mba”. “Mba boleh izin masuk ke
cockpit, mau lapor security item”. “Mba, toilet nya bisa dipake?”. “Mba izin
service welcome drink ke penumpang ya”. “Mba mau report cathering, makanannya
naik 160 menunya nasi ayam rendang air mineral dan perlengkapan semuanya
komplit, hanya saja makanannya kurang 8 ya mba”. “Mba masuk izin masuk cockpit
lagi ya”. “Mba dokumen cargonya”. “Mba ada penumpang kursi roda ya no 8”, “Mba,
infant (bayi) nya ada berapa ya?”. “Mba ibunya hamil tapi belum dikasih Surat
Keterangan”, “MBA MBA MBA MBA MBA MBA MBA MBA”. Mumet. Semuanya mau dikerjakan
dalam satu keadaan. Well, tenang intan tenang. Tarik nafasss, bimsalabim. Inget
kata captain td ingat. Zzzzzzz, TV untuk penumpang udah ku nyalain apa belom
ya? Astaga! “Mas mas mba mba coba minggir dikit minggir dikit, kataku sama mas2 dan mba2 yg sedari tadi ngumpul di galley depan dgn segala pertanyaan yg diatas. Duhh
alhamdulillah udah ku nyalakan ternyata, fyuuuhh”. Astaga, minuman untuk
Captain malah lupa untuk dikasih. “Vita, tolong ambilkan minum 2 ya untuk
cockpit”, kataku sambil tandatanganin beberapa dokumen. “Ini mba, mau dibantu
masuk cockpit mba?”, kata FA4 ku, partner kerjaku di area depan (bisnis class).
“Gpp Vit, aku aja. Jaga galley sebentar ya”. “Assalamualaikum Capt, Duh Capt/mas
maaf saya lupa kasih air minum. Ini ya Capt. Ohya, jumlah penumpang sudah 80%
ya Capt”. Kataku sedikit ngos-ngosan. “Walaikumsalam mba Intan, engga apa,
santai aja, saya paham kok. Udah 80% ya?”, ekspresi si Captain masih teduh,
ngos-ngosanku hilang seketika “Wah alhamdulillah, makasih Capt, iya Capt sudah
80%. Saya izin prepare dokumen dan keluar ya Capt, terima kasih Captain”. “Siap
mba”, kata beliau dengan sangat respect.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“FLIGHT ATTENDANT, DOOR CLOSE ARM AND CROSSCHECK”
“Mas mba makasih yaa. Sampai Jumpa. Assalamualaikum……”, sahutku sambil menarik pintu yang berat dan gede ini. “Walaikumsalam mba, safe flight…”, terlihat mereka melambaikan tangannya sambil tersenyum. DEG!! Suara pintu pesawat yang kencang menandakan pintu telah tertutup rapat dan perjalanan akan dimulai. Tenang ku bila pada saat pergi seperti inilah wajah yang ku lihat sebelum tutup pintu adanya senyuman disertai balasan salam dari mereka. Aku merasakan seolah-olah mereka mendoakan ku dengan segenap perjalananku. Damai ku mengucapkan salam sebelum bepergian jauh, kepada siapapun petugas baik yang aku kenal maupun yang engga aku kenal. Bukan masalah alim atau tidaknya, hanya saja aku percaya dan merasa lebih tenang setelah mengucapkannya. Bahkan tanpa aku sadari ternyata penumpang bisnisku juga membalas salam yang aku ucapkan pada petugas darat saat hendak tutup pintu atau buka pintu. Damainya semakin menjadi jadi. Perasaanku semakin lega, karena salam merupakan wujud sebuah do’a dan harapan yang artinya “Semoga Allah memberikan keselamatan, rahmat, dan keberkahan padamu”. Gimana? Damai ngga kalau tiap perjalanan di doakan begitu? 😊
Alhamdulillah, penerbangan perdana ku sebagai Senior Awak Kabin berjalan sangat mulus disertai cockpit crew dan cabin crew yang baik koordinasi dan komunikasinya. Jalan di depan masih panjang, masih banyak hal yang harus dilewatkan dengan tanggung jawab yang naik 1 level dari sebelumnya, dari yang terbiasa menjadi Junior kini menjadi Senior, dari yang dulu mendengarkan briefingan sekarang yang memimpin brief before flight kepada awak kabin. Dulu kalau ada apa-apa ikuti keputusan SFA, skrg harus aku yg buat keputusan. Dulu jarang interaksi sama pihak ground paling cuma say hello skrg malah setiap hari kerjasama. Dulu jarang ngobrol sama cockpit crew dan lebih banyak diam, sekarang jadi sering ngobrol. Dulu ga pernah mumetin tentang apa-apa yang perlu dibenah di dalam cabin pesawat, sekarang harus lebih sering crosscheck dan memastikan semuanya baik. Sampai dulu taunya ada air aja dalam pesawat tanpa pernah ngecek indicatornya, sekarang malah jadi salah satu hal yg paling penting di cek, apalagi penerbangan jarak jauh. Kebayang dong amit2 penerbangan jarak jauh tapi kehabisan air diatas sono? Duh jangan sampe deh. Lagi corona gini juga air itu wajib ada, untuk cuci tangan dan keperluan lainnya. Pintaku selalu sama pada Tuhan, agar memberikan aku kekuatan, lebih bijak dalam menela'ah, menerima, dan mengambil keputusan, selalu diberi perlindungan dan kasih sayangNya selama penerbangan. Paling penting adalah mudah2an Dia selalu memaafkan ku dimana pun aku berada.
Aku ngga tau apa yang terjadi setelah lepas landas bahkan setelah ku mengudara
di atas sana, segala kemungkinan bisa terjadi dengan beberapa trauma dari
tragedi yang sebelumnya pernah terjadi namun mudah2an hal tersebut tidak
terulangi, dengan harapan agar semua berjalan baik dan kembali lagi ke darat
tanpa ada kurang satu pun. Damaiku dengan mengucapkan salam, sesaat dan setelah
bertugas, mengarungi angkasa raya. Assalamualaikum, flight.
*Sebagai seorang muslim, momen memberikan salam ini rutin aku lakukan dimanapun dan kapanpun, namun pada saat bekerja momen yang paling berasa adalah ketika aku incharge menjadi seorang SFA (Senior Awak Kabin), baik
pada saat briefing dengan kru, masuk ke ruangan cockpit, serta sebelum dan
setelah mendarat kepada petugas darat sebelum tutup atau buka pintu yang bahkan aku tidak kenal tapi seolah-olah kami sudah kenal lama dengan nuansa yang tiba2 mencair dengan sendirinya dan saling berbalas salam yang artinya saling mendoakan. Karna
sebelum lepas landas dan setelah mendarat yang membuka pintu masuk/keluar untuk
penumpang dan berhubungan langsung dengan petugas darat adalah SFA. Petugas
darat biasanya standby di pintu depan pesawat sebagai akses masuk/keluar.
Mereka standby untuk keperluan operasional penerbangan dan untuk membantu
penumpang baik saat masuk/keluar saat pesawat tiba). Rasanya seperti ada yang kurang jika aku hanya
mengucapkan terima kasih tanpa salam, apalagi ini berpergian jauh dengan
menggunakan transportasi udara. Dengan ini, ingin ku mendoakan mereka, begitu
pun aku ingin didoakan oleh mereka selama perjalanan, hanya dengan cara yang
cukup mudah, yaitu hanya dengan sebuah salam.
Kak intann😍😍
BalasHapusSemoga wita lekas nyusul dan dipermudah segala prosesnya Aamiin
Amin! Semangat yaa!
BalasHapus